HUT Kulon Progo ke-70 : Bersama Bangkit dan Membangun Ekonomi Astina Kulon Progo

Jakarta (16/10/2021) kaperda.jogjaprov.go.id – Semarak HUT Kabupaten Kulon Progo ke-70 dimeriahkan dengan Pergelaran Campursari dan Wayang Kulit dengan dalang Ki Imam Kuncoro dan sinden tamu Wainten. Acara yang diselenggarakan pada Sabtu (16/10/2021) di Pendopo Anjungan DIY TMII merupakan hasil kerjasama Badan Penghubung Daerah DIY, Sahabat Ngopi Kulon Progo (SNKP) dan Kulon Progo di Jakarta (KPDJ) yang didukung oleh Badan Koordinasi Paguyuban Kulon Progo (Bakor PKP).

Turut hadir segenap paguyuban masyarakat Jogja di Jabodetabek, Bupati Kulon Progo dan Ketua DPRD Kulon Progo. Pergelaran campursari mengawali dibukanya acara yang kemudian dilanjutkan sambutan-sambutan dan puncak acara pergelaran wayang kulit.

Bupati Kulon Progo, Drs. H. Sutedjo berharap kepada seluruh warga Kulon Progo untuk bahu membahu mencintai, memasarkan dan membeli produk-produk asli Kulon Progo.

“Saya berharap kepada seluruh warga perantauan asal Kulon Progo yang berdomisili di Jabodetabek dapat memberikan doa restu, dukungan serta semangat guyub untuk bersama membangun Kulon Progo. Spirit ‘bela dan beli’ Kulon Progo harus dibangkitkan. Jika kita ingin membela Kulon Progo, belilah produk-produk asli Kulon Progo dan gunakanlah produk tersebut. Serta mendukung program dari Paguyuban Bakor PKP yaitu gayeng regeng, blanja bareng,” harapnya.

Ketua DPRD Kabupaten Kulon Progo, Akhid Nuryati, SE dalam sambutannya menyampaikan bahwa Kulon Progo terbuka dan memberikan kemudahan bagi para investor demi menyambut kebangkitan ekonomi Kulon Progo pasca pandemi Covid-19.

“Mari, saya dan Bapak Bupati justru menunggu (investor), dan jangan ragukan keterbukaan kami. Hal tersebut dibuktikan dengan DPRD Kulon Progo membuat Perda tentang kemudahan investasi, dan Pak Bupati telah melengkapinya dengan Perbup dan sebagainya, jadi monggo siapapun yang mau berinvestasi silahkan,” tawarnya.

“Saat ini Kulon Progo sangat membutuhkan perhatian dari seluruh stakeholder dan seluruh masyarakat Kulon Progo dari sisi manapun, maka temanya kemudian Kulon Progo Gumregah. Kita sehat, ekonomi bangkit dan harapannya dengan adanya pandemi Covid-19 tidak menyurutkan optimisme warga Kulon Progo untuk menyambut bandara, jalan tol dan juga pembangunan lainnya,” tambahnya.

Pergelaran Wayang Kulit kali ini menceritakan sosok Ontoseno, anak Bima yang perkasa, lugas, dan apa adanya, ingin menguji siapa sesungguhnya yang pantas menjadi raja Astinapura. Ia mengajak anak-anak Pandawa untuk memberontak. Ngraman (dengan cara aman) tidak boleh ada kerusakan, menghindari kekerasan, sekadar menguji siapa yang mampu duduk di dampar kencana negeri Astina.

Selama ini, dampar itu kosong karena tidak ada yang berani duduk di atasnya. Demikian pula dengan Prabu Duryudana yang sedang siniwaka di singgasana pun tidak berani duduk. Kemudian Prabu Duryudana membuat sendiri singgasana palsu, tiruan, imitasi dan membiarkan singgasana utama Astina yang keramat kosong.

Selanjutnya, Pancawala datang ke Astina sebagai utusan. Putra Puntadewa ini memang jago untuk urusan diplomasi. Ontoseno dan anak-anak Pandawa lain pun berada dibelakangnya untuk menjadi pendukung utama. Seketika suasana berubah menjadi gempar. Para Kurawa mulai ketakutan, membayangkan anak-anak Pandawa datang dengan pasukan penuh.

Kemudian, setelah menyampaikan tujuannya, segeralah dimulai prosesi duduk di dampar kencana Astinapura. Pancawala menjadi orang pertama yang mencoba duduk di dampar tersebut. Bukan hanya gagal, tapi terpental dan pingsan. Demikian pula dengan tokoh lain tak ada satu pun ksatria Kurawa dan Pandawa yang mampu duduk di singgasana tersebut.

Tiba-tiba datanglah Gajah Atisura yang tak kalah keramat karena merupakan pusaka leluhur Pandawa dan Kurawa. Gajah ini membawa Raden Abimanyu di punggungnya dan didudukkan di dampar kencana yang agung. Abimanyu berhail, sukses, tidak mengalami tulasarik, kuwalat dan segala marabahaya.

Akhirnya, semua anak Pandawa bersorak sorai gembira. Sementara dari dampar kencana utama negeri Astina, memancar cahaya gemerlapan. Cahaya dari calon raja yang sesungguhnya yakni Raden Abimanyu.

Cerita wayang Ontoseno Ngraman menjadi semangat bagi seluruh warga Kulon Progo untuk selalu mendukung sosok Abimanyu beserta para Pandawa Kulon Progo untuk senantiasa bekerja sama membangun Astina Kulon Progo yang lebih baik.

Bagikan di :

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *