Jakarta (29/10/2021) kaperda.jogjaprov.go.id – Memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-93 pada Kamis (28/10/2021), Badan Penghubung Daerah DIY bekerjasama dengan Bandara Soekarno-Hatta melaksanakan Pementasan Karawitan dan Pawai Bregada Prajurit Kraton Yogyakarta sebagai wujud promosi budaya kepada khalayak di lingkungan bandara.
“Maturnuwun atas segala bantuan teman-teman untuk kantor kita Banhubda. Semoga kesenian Jogjakarta yang terkenal di Indonesia dapat menjadi lestari. Semoga sehat selalu dan jangan sampai lengah karena penyebaran Covid masih menakutkan. Kita boleh kemana saja, tapi prokes tetap harus kita jaga,” kata Kepala Badan Penghubung Daerah DIY, Nugrohoningsih, SIP saat menyampaikan pesannya sebelum berangkat menuju lokasi acara.
Pementasan Karawitan mengawali kegiatan peringatan Sumpah Pemuda ke-93 di Terminal 3 Keberangkatan Domestik Soekarno-Hatta. Acara yang berlangsung selama 2 jam itu, dibawakan oleh peserta Diklat Karawitan Anjungan DIY TMII dan menarik antusias masyarakat untuk menonton. Selain itu, pawai kali ini menampilkan Bregada Prajurit Nyutro, Surakarsa dan Mantrijero. Prajurit-prajurit ini dipilih sebagai pengingat masyarakat secara umum agar senantiasa menjaga keamanan dan kesatuan NKRI sebagai mana prajurit-prajurit tersebut menjaga Kraton Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Halim salah satu penumpang pesawat yang merupakan karyawan swasta di Jakarta menyampaikan kerinduannya terhadap Jogja setelah melihat Pementasan Karawitan dan barisan Bregada Prajurit.
“Bagus ini kesenian Jogja dibawa kesini (bandara). Tadi lagi nunggu pesawat dengar suara musik (gamelan) dan pas mau boarding pass saya lihat ada prajurit Jawa baris. Jadi kangen Jogja, Jogja emang ngangenin, lama gak ke Jogja saya mas,” ungkap Halim.
Bregada Prajurit Nyutro merupakan prajurit pengawal pribadi Sri Sultan Hamengku Buwono. Prajurit ini merupakan kesayangan raja dan selalu akrab dengan raja. Secara filosofis, nyutro bermakna pasukan yang halus seperti halusnya sutera yang menjaga mendampingi keamanan raja dengan ketajaman rasa dan ketrampilan yang unggul. Sebagai informasi, sebelum masa Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prajurit Nyutro diwajibkan harus bisa menari. Keunikan ini menjadi puncak acara pawai yang menampilkan tarian di area Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta yang dibawakan oleh anak-anak muda peserta Diklat Tari Anjungan DIY TMII.
Bregada Surakarsa berasal dari kata sura dan karsa. Kata sura berarti berani, sedangkan karsa berarti kehendak. Secara filosofis surakarsa bermakna prajurit yang pemberani dengan tujuan selalu menjaga keselamatan Adipati Anom (Putra Mahkota). Klebet (ikat kepala) Prajurit Surakarsa adalah pareanom, berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar hijau, di tengahnya terdapat lingkaran dengan warna kuning. Pareanom berasal dari kata pare (sejenis tanaman berbuah yang merambat) dan kata anom yang berarti muda. Klebet ini memiliki makna bahwa surakarsa adalah pasukan yang selalu bersemangat dengan jiwa muda.
Bregada Mantrijero berasal dari kata mantri dan jero. Mantri berarti juru bicara, menteri, atau jabatan di atas Bupati dan jero berarti dalam. Secara filosofis mantrijero bermakna prajurit yang mempunyai wewenang ikut ambil bagian dalam memutuskan hal-hal dalam lingkungan keraton. Klebet Prajurit Mantrijero adalah purnamasidhi. Berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar hitam, di tengahnya terdapat lingkaran warna putih. Purnama berarti bulan penuh dan sidhi berarti sempurna. Klebet ini memiliki makna bahwa mantrijero adalah pasukan yang diharapkan selalu memberikan cahaya dalam kegelapan.
Harapannya, sesuai dengan tema nasional peringatan Hari Sumpah Pemuda yakni ‘Bersatu, Bangkit dan Tumbuh” tahun ini, dapat menjadi ajang para pemuda pemudi Indonesia untuk selalu bersemangat untuk bersatu, bangkit dan tumbuh memberikan sumbangsihnya dalam bidang apapun serta turut dalam menjaga keutuhan NKRI.