Jakarta (21/11/2021) kaperda.jogjaprov.go.id – Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta TMII melaksanakan Evaluasi Diklat Anjungan DIY yang bertajuk “Semangat Generasi Milenial Untuk Mempelajari dan Turut Melestarikan Seni Budaya Tradisi Gaya Yogyakarta” pada Minggu (21/11/2021) di Pendopo Anjungan DIY TMII.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi perkembangan latihan peserta Diklat Tari, Karawitan dan Ketoprak sepanjang tahun 2021. Tak kurang dari 140 peserta mengikuti evaluasi dengan khidmat yang dipandu oleh Pengelola Adat dan Kesenian Anjungan DIY Badan Penghubung Daerah DIY dan Pelatih Tari Anjungan DIY.
Atensi para peserta Diklat dalam mengikuti evaluasi terlihat bangga mengenakan busana gaya Yogyakarta saat penilaian berlangsung. Selain itu, mereka dapat merasakan hasil latihannya selama ini.
“Sangat antusias dan semangat mengikuti evaluasi Tari Gaya Yogyakarta dan mereka bangga bisa menggunakan kebaya dan bersanggul gaya Yogyakarta,” kata Saryono, S.Sn., Pelatih Tari Anjungan DIY.
“Ada sebab khusus ketika ada evaluasi. Mereka akan lebih termotivasi dari hasil selama ini. Apakah perhatian mereka akan puas atau tidak? Kalau ada kekurangan tentu mereka bekerja keras untuk semakin berlatih kembali. Mereka yang sudah bagus hasilnya, akan semakin meningkatkan untuk semangat belajar lagi. Mereka senang dan bersemangat untuk lebih sebagai kebanggaan buat diri sendiri dan keluarga,” jelas Ngatiman, S.Sn., Pengelola Adat dan Kesenian Anjungan DIY Badan Penghubung Daerah DIY.
Dukungan lembaga yang menaungi seni budaya untuk dapat memfasilitasi para peserta Diklat penting untuk menjadi perhatian seksama.
“Dengan adanya semangat dan antusias generasi milenial untuk mempelajari kesenian dan ikut melestarikan seni budaya tradisi khususnya gaya Yogyakarta, akan lebih mantap jika lembaga-lembaga yang menaungi seni budaya tradisi bisa selalu memberikan support, sarana dan prasarana yang optimal,” ungkap Saryono pria yang akrab dipanggil Mas Gondel.
Ngatiman berharap kesenian karawitan, tari dan ketoprak dipelajari semua generasi.
“Khusus untuk diklat ini ya memang ada sedikit kendala tapi prinsipnya adalah selalu untuk mengenalkan kesenian ini supaya orang sekitar Jakarta bisa mengenal dan berlatih. Ini juga sebagai salah satu sarana bagus terutama yang ingin belajar tentang kesenian tari, karawitan dan ketoprak secara. Harapannya adalah tidak hanya menonton lewat YouTube atau media sosial saja, tapi benar-benar merasakan dan bisa belajar kesenian gamelan, tari dan ketoprak di anjungan sini,” harap Ngatiman.
Antusias warga negara asing pun diungkapkan Ngatiman sebagai tanda cinta mereka terhadap kesenian Yogyakarta.
“Orang-orang asing itu (Diklat Karawitan Jepang) mulai berkeinginan belajar, hanya saja terkendala waktu. Tapi mereka setelah satu/dua kali berlatih, mereka ingin belajar gamelan secara intensif,” tambahnya.
Pemanfaatan media sosial YouTube menjadi langkah strategis Anjungan DIY TMII untuk mengenalkan dan melestarikan kesenian Yogyakarta.
“Langkah strategis untuk anjungan terhadap seni tari, karawitan dan ketoprak berusaha semaksimal mungkin untuk promosi lewat YouTube, lewat channel Banhubda DIY. Kegiatan ini memang nyata harus menyebar ke seluruh Jakarta dan sekitarnya agar orang-orang bisa berbondong-bondong untuk berlatih kesenian di anjungan sini,” tutupnya.