Gelar Seni Budaya Yogyakarta 2024 : Perayaan Budaya Yogyakarta di Jakarta

Jakarta (14/07/2024) Badan Penghubung Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan Gelar Seni Budaya Yogyakarta tahun 2024 pada hari Minggu, 14 Juli 2024 bertempat di Anjungan DIY Taman Mini Indonesia Indah. “Pelestarian Budaya Untuk Generasi Masa Depan” menjadi tema besar pada pagelaran tahun ini.

Gelar Seni Budaya Yogyakarta (GSBY) merupakan pementasan seni dan budaya khas Yogyakarta yang diselenggarakan dalam rangka Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat ke-269. Pentas ini diikuti oleh kontingen kota/kabupaten se-DIY diantaranya Kota Yogyakarta, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman dan perwakilan Paguyuban Diaspora Yogyakarta di Jakarta yang pada kesempatan ini diwakili oleh kontingen Paguyuban Trah Pakualaman Hudyana Jakarta.

GSBY 2024 merupakan acara yang sangat ditunggu tunggu dan dinantikan masyarakat Jakarta. Terdapat tamu penting yang turut hadir menyaksikan pentas GSBY 2024 diantaranya Ambassador of The Republic of Tunisia, H.E. Mr. Mohamed Trabelsi, Arif Adi Kuswandono – Director. Program & Berita LPP TVRI, DR. RM. Andre Notohamijoyo – Asisten Deputi Pemajuan dan Pelestarian Kebudayaan Kemenko Bidang Pembangunan Manusia & Kebudayaan, DR. RM. Aria T.M. Wibisono – Direktur Kerjasama Badan Narkotika Nasional, Prof. DR. Makarim Wibisono – Duta Besar RI untuk PBB Periode 2004-2007, Prof. Dr. Martani Huseini – Guru Besar Fak. Ilmu Administrasi Univ. Indonesia, Perwakilan Pejabat Taman Mini Indonesia indah, Perwakilan pengurus FORKAPPSI, Sejumlah Pejabat Pemprov DKI Jakarta, Perwakilan pejabat dari Kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta dan para Paguyuban Diaspora Yogyakarta di Jakarta

Budaya adalah identitas dan wajah peradaban karena merupakan wujud dari cipta rasa dan karsa serta akan diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi. Budaya juga merupakan hal yang dinamis terus berubah seiring dengan perkembangan zaman. Meski demikian, sifat dinamis tidak berarti bahwa kita dapat begitu saja melupakan warisan budaya tradisional. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa di dalamnya terkandung nilai-nilai penting yang menjadi dasar peradaban kontemporer, sekaligus merupakan bagian dari identitas dan jati diri bangsa di masa kini dan juga di masa yang akan datang.  

“DIY dikenal sebagai daerah yang memiliki ragam kekayaan budaya adapun upaya   melestarikan, memperkenalkan dan mempromosikan merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat. besar harapan GSBY 2024 dapat mempromosikan potensi daerah kepada masyarakat yang dapat mendukung posisi DIY sebagai pusat seni budaya dan tujuan wisata.” Sambutan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dibacakan oleh PLH Asisten Sumber Daya Masyarakat, Aris Eko Nugroho, S.P., M.Si

Lebih jauh Pemda DIY berharap GSBY 2024 dapat menjadi wadah untuk memupuk, membudayakan, menumbuh kembangkan serta mengembangkan nilai budaya lokal tradisional yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Yogyakarta sekaligus mendorong kreativitas para seniman untuk terus berkembang dan berkreasi yang pada akhirnya dapat memberikan inspirasi dan membawa kebaikan.

Gelar Seni Budaya Yogyakarta tahun 2024 menampilkan : 

  1. Musik Garapan “Musik Krumpyung Binangun” dari Kabupaten Kulon Progo

Krumpyung adalah seni musik tradisional dengan iringan alat musik yang semuanya terbuat dari bambu. Krumpyung merupakan alat musik dari bambu dengan nada PENTATONIS, efek bunyi masing-masing alat musik krumpyung dibuat mendekati  dan disesuaikan dengan bunyi tangga nada setiap instrumen gamelan jawa yakni Slendro atau Pelog.

  1. Beksan gagrak Pakualaman Tyas Muncar,  Sanggar Kesenian  Sekar Tejo Trah Pakualaman Hudyana Jakarta

Beksan Gagrak Pakualaman diciptakan pada Tahun 2021 pada era KGPAA Paku Alam X. Ide tarian ini diambil dari Rumah Batik milik KGBRAA Paku Alam, yang berada di dalam Puro Pakualam. Tyas Muncar yang berarti “Hati yang Memancar” tarian ini menggambarkan aktivitas remaja putri yang sedang membatik, dengan gerakan yang luwes dan dinamis. Dengan penuh kebahagiaan sehingga dapat menapaki kehidupan selanjutnya yang lebih baik.

  1. Upacara Adat “Merti Kali Code” dari Kota Yogyakarta

Sungai Code sudah kehilangan daya dukung lingkungannya (ekosistemnya), padahal masyarakat masih memanfaatkan dengan mengambil air bersih, ikan, dan segala tanaman pangan (pepaya, pisang, kangkung, dll) maupun tanaman obat. Jika masyarakat tidak disadarkan maka kerusakan akan makin parah, sehingga pada gilirannya Kali Code tidak lagi bisa memberi penghidupan bagi masyarakat. Oleh karena itu, sebagai bentuk syukur atas berkat yang diberikan Tuhan, penting untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya kali code bagi penopang kehidupan dengan diadakannya upacara adat Merti Kali Code.

  1. Peragaan Busana “Laku Nitik” dari Kabupaten Bantul

Sebuah karya seni pertunjukan kolaborasi mengandung unsur tari dan fashion, yang ditata dalam sebuah sajian menarik, yang terinspirasi pada proses awal adalah bentuk titik hingga tertoreh berwujud tampilan pola pola garis yang berkembang dinamis dituangkan dalam kain dan canting. Sebuah keelokan yang aksentuasinya membentuk desain-desain yang meruang mengandung unsur filosofi kejawen yang adiluhung tentang kesabaran, ketelitian, kesabaran, keindahan, keagungan dalam kehidupan. Laku Nitik adalah sebuah proses narasi panjang indah dan berliku untuk menghasilkan motif batik.Pertunjukan ini adalah penghormatan atas dedikasi kepada para pengrajin Batik yang telah melestarikan warisan budaya

  1. Tari Kerakyatan “Rawit Kang Rinakit” dari Kabupaten Gunungkidul

Sebuah pertunjukan tari kreasi kerakyatan yang telah menjadi budaya khas daerah Gunungkidul. Mengangkat filosofi rawit yang berukuran kecil, berkulit halus dan mempunyai citarasa pedas.

  1. Sendratari “Harjuna Parwa” dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY

Arjuna, ayah dari Abimanyu, mendapatkan kabar bahwa putranya telah gugur dalam medan pertempuran. Arjuna tidak percaya terhadap kabar tersebut dan seakan akan Abimanyu masih hidup dalam imajinasinya, sehingga Arjuna terjebak dalam realitas alam bawah sadarnya. Pada saat sembadra hadir dengan membawa jarik milik Abimanyu yang telah berlumuran darah, Arjuna sadar bahwa putranya telah benar benar tiada. Meskipun sedang dilanda kesedihan yang mendalam, Arjuna terus berjuang dalam pertempuran untuk melawan kejahatan dan membalas dendam atas kematian Abimanyu dengan menggunakan anak panah yang yang telah menghabisi nyawa anaknya. Pada akhirnya Arjuna dapat bangkit melawan keterpurukannya dan mengalahkan seluruh musuh musuhnya.

  1. Dagelan Mataram “Keladuk Umuk” dari Kabupaten Sleman

Sebuah pementasan dagelan dengan tema ambisi yang mengharapkan sesuatu dengan cara yang keliru akan membuahkan sesuatu yang keliru juga. Alkisah tiga sekawan pemuda Dalijo Ciblek dan Chotet yang terlalu sombong dan yakin cintanya akan diterima oleh Trinil wanita idamannya. Dengan cara singkat dan instan apa yang mereka lakukan.? Cinta ditolak Dukun mbah Giman yang bertindak

Bagikan di :

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *