Manifestasi Pertunjukan Wayang Kulit Membendung Arus Besar Budaya Populer

Jakarta (10/10/2021) kaperda.jogjaprov.go.id – Badan Penghubung Daerah DIY bekerja sama dengan Paguyuban Warga Kota Yogyakarta (Pawarta) melaksanakan Pergelaran Wayang Kulit cerita “Sumilaking Pedhut Astina” dengan dalang Ki Geter Pramuji Widodo dan bintang tamu Elisha Orcharus Allasso dalam rangka memperingati HUT Kota Yogyakarta ke-265 dan HUT Pawarta ke-17 pada (10/10/2021) pukul 10.00 – 16.00 WIB di Pendopo Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta Taman Mini Indonesia Indah Jakarta.

Suryo Poernomo, Ketua Panitia HUT Pawarta ke-17 sekaligus Ketua Harian Pawarta mengajak seluruh masyarakat untuk lebih mencintai kota Jogja dan menjaga persatuan serta kesatuan

“Memperingati HUT Kota Jogja ke-265 dan HUT Pawarta ke-17 kami berharap semoga kita lebih meningkatkan rasa cinta kita dan tidak pernah melupakan kota Jogja tercinta. Lebih meningkatkan daya juang, berpartisipasi membangun kota Jogja, lebih mempersatukan jiwa dan segenap raga kita untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan antar warga kota Jogja di Jabodetabek dengan warga paguyuban-paguyuban lain, masyarakat DIY, masyarakat Jawa dan tentunya segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia dalam naungan Pancasila dan Kebhinekaan serta harus bersatu dalam memajukan NKRI,” kata Suryo dalam sambutannya.

Herdaru Poernomo, Ketua Umum Pawarta mengulas kembali sejarah terbentuknya kota Jogja melalui Perjanjian Giyanti yang terjadi pada tahun 1755 agar masyarakat Jogja khususnya dan masyarakat Indonesia umunya tidak lupa terhadap sejarah bangsanya sendiri.

“Kota Yogyakarta diresmikan pada tanggal 7 Oktober 1755 dan Pawarta diresmikan pada tanggal 10 Oktober 2004. Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangi sebenarnya oleh kompeni Belanda, dibawah tanda tangan Gubernur Nicolaas Hartingh atas nama Gubernur Jenderal Jacob Mossel. Isi Perjanjian Giyanti adalah negara Mataram dibagi menjadi 2, setengah masih menjadi hak Kerajaan Surakarta dan setengah lagi menjadi hak Pangeran Mangkubumi. Dalam perjanjian itu pula Pangeran Mangkubumi diakui sebagai raja atas setengah daerah pedalaman kerajaan Jawa, dengan gelar Sultan Hamengku Buwana Senopati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah. Dari sejarah itu kita harus tahu bagaimana kita berasal hingga menjadi seperti sekarang ini. Kemudian puncak acara pada hari ini adalah pergelaran wayang kulit yang akan disampaikan oleh Ki Geter Pramuji Widodo dan Elisha Orcharus Allasso,” ungkap Herdaru.

Sekretaris Daerah DIY, Kadarmanta Baskara Aji menyampaikan sambutannya melalui Kepala Badan Penghubung Daerah DIY, Nugrohoningsih, SIP. Awal sambutannya Kadarmanta mengingatkan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan selama pertunjukan wayang berlangsung. Selain itu, pentingnya melestarikan dan mengembangkan kesenian wayang dalam membendung arus besar budaya populer yang cenderung mengesampingkan norma dan nilai kemanusiaan.

“Mengingat saat ini kita masih dalam pandemi Covid-19 hendaknya kita selalu menerapkan protokol kesehatan dengan ketat selama berlangsungnya pertunjukan. Wayang mempunyai pengertian wayang ing pangurip yang artinya gambaran kehidupan kita. Potensi kesenian wayang ini merupakan suatu yang sangat strategis untuk dikembangkan karena tidak saja untuk membendung arus besar budaya populer yang cenderung mengesampingkan norma dan nilai kemanusiaan, akan tetapi pertunjukkan wayang diharapkan dapat meminimalisasi pandangan yang sempit tentang nilai kehidupan serta kemanusiaan.

Pertunjukan wayang kulit juga dapat menjadi wadah untuk menyampaikan nilai-nilai universal seperti demokrasi, kesetaraan dan kebangsaan.

Selain itu, wayang juga dapat sekaligus sebagai sarana kita memajukan nilai-nilai universal seperti keadilan, kesetaraan dan demokrasi serta nilai-nilai kebangsaan harus dipertahankan keberadaannya. Artinya tanggung jawab untuk mempertahankan khasanah budaya yang sudah ada sejak dulu adalah sebanyak mungkin menampilkan pertunjukan-pertunjukan seni budaya di tengah masyarakat, sehingga seni budaya akan terus hidup. Seni budaya merupakan warisan leluhur yang diturunkan bagi generasi selanjutnya untuk dilestarikan dan dikembangkan,” kata Nugrohoningsih saat menyampaikan sambutan Sekretaris Daerah DIY.

Bagikan di :

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *